Jumat, 23 Januari 2009

New Bikes On The Block!


Sepeda dengan banyak keunikan ini mempunyai pesona tersendiri di dalamnya. Dengan tambahan krom yang mengkilat menjadikan sepeda ini mewah dan mempunyai arogansi tersendiri terhadap pemakainya. Adalah lowrider bike yang mempunyai aroma life style yang memikat hati. Yes, this is new bikes on the block!.

Bersepeda adalah hal yang mengasyikan, apalagi dengan sepeda yang tak biasa. Selain mengasyikan sepeda adalah alat transportasi yang ramah lingkungan dan membantu mengurangi energi yang mengakibatkan global warming. Sekarang ini sepeda sedang menjamur di Indonesia, Bandung salah satunya. Komunitas sepeda memang sedang ‘eksis’ di Bandung, dari mulai sepeda onthel yang ‘jadul’ sampai sepeda bling bling. Perkenalkan inilah lowrider bike jenis sepeda dengan seribu kemewahan di dalamnya. Mempunyai daya pikat yang tinggi menjadikan lowrider berbeda dengan sepeda lainnya. Sejarah low rider dimulai sebagai elemen budaya Chicano Americans atau bagian dari street culture di Amerika yang masih menjadi bagian dari imigran Meksiko. Lowrider telah menjadi produk urban culture, dan crossover antara Harley dan cruiser bikes. Biasanya lowrider biasa ditemui dalam parade atau karnival orang-orang Amerika. Adalah George Barris yang mengenalkan sepeda ’ceper’ ini di tahun 1960-an. Barris aslinya adalah ahli modifikasi mobil ceper, yang saat itu memang sedang ‘ngetren banget’ di Amerika. Karena hobi mobil lowrider hanya bisa dilakukan orang-orang kaya, akhirnya Barris terpikir untuk membuat sepeda ‘ceper’ agar semua orang bisa menikmati sensasi memodifikasi kereta angin itu. Ternyata, banyak warga Amerika yang menyukai ide Barris, terutama warga kulit hitam dan latin asal Meksiko. Melihat semangat Barris, akhirnya pabrik sepeda Schwiin mengeluarkan model sepeda lowrider yang dinamakan New Cruiser Sting Ray, pada tahun 1964. Melihat antusiasme penduduk latin dan kulit hitam Amerika, Schwiin juga menambahkan lapisan krom agar terlihat semakin bling bling sebagai ciri khas mereka. Lowrider bikes adalah versi pedal dari motor chopper dalam film youth-cult fenomenal asal Amerika, “Easy Rider”. Menurut Indra Pranajaya (38), salah seorang dari komunitas dan builder lowrider di Bandung perkembangan sepeda ceper ini di Indonesia dimulai tahun 2006, “Lowrider bikes di Indonesia sih ramenya baru sekitar tahun 2006 di kota besar seperti Jakarta, Bali, dan di Bandung sendiri komunitasnya berdiri bulan Februari 2006”, paparnya. Lowrider bikes menurut Indra lebih menonjol pada estetikanya dan yang paling penting adalah penampilan atau posser. Ciri fisik lowrider adalah memiliki setang yang tinggi (ape hanger) dan garpu depan yang panjang yang hampir menyentuh tanah.Adapun jok yang dipakai adalah jok model pisang (banana seat) dengan sandaran (sissy bar) dari besi. Kerangka sepeda biasanya menggunakan model pelangi (rainbow bent frame). Frame untuk lowrider dapat dicari di toko loak dan para builder lowrider siap membuat hand made lowrider sesuai pesanan. Keunikan dari sepeda ini sebenarnya terletak pada kreatifitas si pemakai dalam melakukan modifikasi. Tidak heran kalau pengendaranya sering terlihat bangga dengan sepedanya.
Selain itu, pemilik biasanya memberikan tambahan aksesori lain seperti penutup penyil ban, rumbai-rumbai, serta kaca spion khas sepeda motor Harley-Davidson. Aksesori itu dilengkapi dengan logo khas sepeda lowrider seperti orang tersenyum, mata dadu, atau angka delapan pada bola biliar. Memang lowrider bukan sepeda yang digunakan untuk berolah raga ataupun transportasi, sekarang ini lowrider hanya digunakan untuk ‘gaya-gayaan’ saja. Kini dikala sepeda menjadi life style yang sedang marak dan mengangkat citra pemakainya, para pemilik lowrider akan terus memuaskan diri dengan sepeda mewahnya itu. Menurut Lembang (20) lowrider mempunyai sihir di dalamnya, “Saya cinta sepeda ini, kalau saya sendiri memang tidak mempunyai biaya yang tinggi dan tidak membuat sepeda yang terlalu mewah dengan bling bling yang membuat silau tetapi dengan sedikit gaya karatan nan garang menjadikan sepeda berbeda dari sepda lowrider lain” papar Lembang. Kreatifitas sang pemilik lowrider tidak dituntut untuk selalu mewah, seperti Lembang yang memodifikasi sepedanya sesuai karakter sepeda yang ia sukai.
Mengenai harga, lowrider sendiri memang berbeda dibanding sepeda lainnya. Spare part yang sulit terkadang membuat sepeda ini menjadi mahal, “Kalau sepeda yang standar sih sekitar 2-3 jutaan, kalau yang untuk kontes harnya 5 juta ke atas. Apalagi kalau pakai golden, soalnya emas kan pasti mahal ya jadi di tas 5 jutaan” tutur Indra sang builder.
Untuk itu, dengan harga lowrider yang berbedibandingkan sepeda lain membuat sepeda ini mempunyai gengsi tersendiri terhadap sang pemakainya. Tak sekedar kumpul kumpul dan jalan bareng, para komunitas lowrider kerap menyelenggarakan kontes lowrider bike yang bertaraf nasional bahkan internasional. Meningkatnya peminat sepeda membuat para builder lowrider merogok untung yang tidak sedikit. Lowrider merupakan sepeda yang dijadikan gaya hidup penuh pesona di kalangan komunitas sepeda yang ada. Orang akan terperanga dengan keunikan sepeda ini. Yes, this is bling bling bike!.

By : Tami Mauliana

4 komentar:

Asri Wuni mengatakan...

saya pengen belajar sepeda gini atpi saya bekek gimana???

D' Amore mengatakan...

kling-kling sepedaku roda tiga kudapat dari ayah karna rajin mengibul..
hahaha..

asoy geboy! mengatakan...

eitz jangan salah . . .
yang beke beke juga bisa karena low rider ini desiagnnya disesuaikan sam pemakai ko!
tenang ya para kurcaci!
heheheheh . . .

asoy geboy! mengatakan...

btw, saya kenal sama buildernya . . .
klo mau bikin hub saya aja . . ,
heheheh . . .